6 Pengotor Dalam Boiler Feed Water
Kegagalan pada Boiler atau Boiler Failur menjadi perhatian khusus pada banyak industri yang menggunakan tenaga uap dalam produksinya salah satunya adalah PLTU. Banyak kerugian ketika peristiwa Boiler Failure terjadi.
Dari mulai gagal produksi, pabrik yang shut down, bahkan hingga kejadian berbahaya seperti meledaknya mesin boiler.
Kejadian boiler failure ini tentu sangat dihindari oleh para pengguna boiler. Oleh karenanya harus ada sebuah sistem terkendali untuk dapat memelihara sebuah boiler, baik secara input airnya hingga kepada keseluruhan sistem boiler.
Karena, blog ini khusus berbicara tentang air maka saya akan menulis hal yang saya kuasai saja yakni tentang bagaimana memelihara dan meingkatkan kualitasi feedwater atau air input pada boiler. Oke ya 🙂
Daftar Pengotor pada Feedwater Boiler
Ada beberapa pengotor ataupun pollutant yang harus benar-benar dikendalikan pada air feedwater. Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan pada boiler baik dalam jangka waktu singkat ataupun panjang.
Secara kasat mata, sebagian besar pollutant ini tidak dapat tertangkap oleh mata manusia normal. Karena senyawaan pengotor ini tidak menimbulkan kerak, ataupun lumpur jika dilihat secara biasa, namun ketika terjadi sebuah proses pemanasan maka akan mulai muncul deposit kerak dan kotoran yang dapat menempel pada dinding pipa dan boiler yang dapat menyebabkan sum
batan (Clogging) yang berdampak pada kenaikan pressure boiler hingga akhirnya bisa menyebabkan failure (Kegagalan).
Oleh karenanya pengotor dalam feedwater ini perlu dikendalikan dan dieleminasi atau minimal diminimalisir, agar kualitas steam yang dikeluarkan boiler pun terjaga.
Apa sajakah pengotor dalam feedwater boiler yang harus diwaspadai? Berikut daftarnya.
A. Besi (IRON)
Besi atau Iron, unsur ini dapat membuat sejumlah deposit dalam bagian dalam boiler dan tubing-tubingnya. Kemudian dapat berlanjut pada equipment-equipment yang terkait. Untuk jenis pengotor ini dapat terlihat dari warnanya yang kekuningan, bahkan saat sebelum masuk ke dalam boiler.
Air yang mengandung besi akan memiliki bau karat besi yang khas, serta warna kekuningan. Biasanya kita dapat melihatnya di sekitar area tangki penampungan feedwater, jika disana terdapat noda kuning pada tetesan air maka kemungkinan besar air tersebut mengandung besi.
Terkadang juga, airnya memiliki warna bening yang jernih. Namun lama kelamaan air yang mengandung besi, jika diberikan proses oksidasi seperti pada aquarium dengan bantuan blower maka akan mulai muncul lumpur-lumpur besi yang berwarna kekuningan.
Proses treatment untuk besi ini bisa dengan filtrasi jika kadar besinya masih dibawah 5 ppm namun untuk kadar besi yang berada di atas nilai tersebut maka disarankan untuk memilih proses aerasi yang dipadukan dengan koagulasi dan flokulasi sehingga kadar besi dapat berkurang. Dengan begitu kualitas Boiler dapat naik dan dipertahankan.
B. Tembaga
Cooper atau tembaga, tembaga juga dapat menyebabkan masalah scaling pada boiler. Namun unsur yang satu ini jarang ditemukan pada air di Indonesia, sehingga tidak menjadi masalah yang patut dibahas secara terperinci.
C. Silica
Silica, secara umum silica terkandung pada hampir semua jenis air di alam ini. Silica pada kondisi normal akan berbentuk seperti pasir, maka tidak heran kalau para praktisi air menyebutnya sebagai pasir silika pengisi filter hehehe. Namun yang kita bicarakan disini adalah silica dalam jenis yang soluble atau larut dalam air.
Silica yang larut dalam air baru akan menjadi masalah ketika terjadi pemanasan seperti yang terjadi pada boiler. Pada suhu dingin, dalam arti setelah terjadi pemasan tinggi pada boiler kemudian ada proses cooling down maka dari situ baru muncul kerak-kerak silica.
Tidak seperti kerak dari hardness atau kapur yang berwarna putih, kerak silica justru memiliki warna hitam hingga ungu. Dan parahnya lagi kerak silica jauh lebih sulit untuk dapat dibersihkan ketimbang kerak dari hardness.
Kerak silica akan jarang terjadi jikalau blower dipakai secara non stop dan rutin sehingga menghindari terjadinya proses pengendapan karena cooling. Untuk meningkatkan kualitas boiler feedwater, khususnya pada unsur silica, yang paling disarankan adalah dengan melakukan proses injeksi anti scalant atau bisa juga dengan menjaga keberlangsungan operasi boiler. Mengingat silica deposit hanya terjadi ketika proses cooling down yang walau hanya sebentar.
D. Hardness
Hardness – Kalsium dan Magnesium, merupakan tiga serangkai senyawaan (Kalsium dan Magnesium unsur yang biasanya menempel dengan oksida sehingga menjadi senyawa), yang biasanya selallu ada di Air Indonesia. Jumlahnya juga beragam dari mulai 0 hingga 200 ppm lebih.
Tingginya nilai Hardness di Indonesia tidak dapat dielakan, mengingat di Indonesia sendiri rata-rata memiliki lapisan tanah yang mengandung kapur kalsium dan magnesium.
Secara umum keberadaan nilai hardness dalam air dapat dilihat ketika dibibir keran terjadi seperti kerak berwarna putih.
Air yang mengandung hardness biasanya memiliki rasa dari manis hingga agak pahit. Namun kalau rasanya manis dan warnanya hitam air tersebut bukan mengandung hardness kalsium tapi air tersebut mengandung kopi hehehe.
Untuk tetap menjaga kualitas dari Boiler Feedwater, maka hardness harus diminimalisir. Cara yang paling populer adalah dengan memasang filter softener pada rangkaian air input feedwater. Namun jika air memiliki nilai hardness diatas 100 ppm akan jauh lebih ekonomis jikalau air baku direaksikan dengan sodium carbonat sehingga kapur dapat mengendap dan sisanya dapat difiltrasi dengan filter softener.
Dengan begitu nilai kesadahan kalsium dan magnesium dapat berkurang, yang berujung pada naiknya kualitas dari boiler feed water.
E. Gas Terlarut ; Oksigen dan Carbon Dioksida
Gas Terlarut, Oxygen dan Karbon dioksida adalah dua jenis gas yang umum ada di bumi. Keberadaan kedua sangat diperlukan untuk mendukung daya hidup manisua, hewan dan tumbuhan. Namun ternyata keberadaan mereka dalam sebuah sistem boiler malam coba dieleminasi.
Proses eleminasi gas terlarut, biasanya dilakukan dengan proses degassifer (biasanya ada pada boiler yang menggunakan sistem demin sebagai air inputnya), tapi untuk sebuah sistem boiler biasanya digunakan injeksi bahan kimia seperti oxygen scavanger yang terbuat dari sodium metabisulfit.
Oiya, untuk menghindari tingginnya nilai oksigen terlarut dalam feedwater boiler. Maka sangat disarankan tidak menggunakan proses pencampuran bahan kimia dengan menggunakan agitator tapi lebih pada kondisi pengadukan tertutup metode tumbukan. Hal ini untuk menghindari adanya udara yang terjebak yang malah akan menyebabkan masalah tambahan pada sisi jumlah gas terlarut.
Keberadaan Oksigen yang tinggi dalam air feedboiler akan mempercepat terjadinya korosi pada permukaan boiler baik dalam maupun luar. Ini dikarenakan sifat oksigen yang mengoksidasi, akan mengubah besi dua menjadi besi tiga.
F. pH
pH, pH ini sebenarnya parameter yang bukan senyawa namun lebih kepada nilai keasaman suatu liquida. Semakin rendah nilainya maka semakin asam, dan semakin tinggi maka semakin basa. Untuk pH netral berada di angka 7.
Namun pH dalam feed water boiler dijaga pada pH diatas 8,5 dan dibawah 12. Hal ini dikarenakan dalam penelitian dan penerapan bertahun-tahun ditemukan bahwa pH dibawah 8,5 masih bisa membuat terjadinya korosi asam dan pH diatas 12 akan menyebabkan caustic corrosion.
Untuk menjaga nilai pH berada pada rentang yang sehat bagi boiler maka biasanya ditambahkan bahan kimia seperti caustic ataupun ammonia. Penambahan dibarengi dengan adanya sensor yang menjaga agar pH tetap dibawah nilai 12.
Itu dia beberapa pengotor dalam boiler feedwater yang mesti dibasmi sebelum feedwater masuk ke dalam boiler. Untuk mengetahui lebih banyak postingan tentang water treatment silahkan klik postingan mana saja di blog ini hehehe (Semua juga bahas water treatment dimari mah). Jangan lupa kalau butuh kontraktor water treatment kontak kita aja ya
Salam Hangat,
Mr. Anggi