Teknik Treatment Air Sadah
Air sadah, banyak sekali terdapat di Indonesia tercinta ini. Hal ini tidaklah aneh, karena dalam tanah kita cukup banyak terkandung kapur dan mineral magnesium yang bisa terikut dalam air sehingga menyebabkan airnya menjadi sadah.
Secara alami, air sadah sebenarnya tidak berbahaya bagi tanaman dan hewan karena didalamnya terkandung mineral yang dibutuhkan untuk kehidupan dan perkembangan mereka. Namun dalam tingkatan kesadahan yang tinggi, air sadah ini berpotensi untuk mengganggu kesehatan dikarenakan tingginya nilai mineral kalsium dapat menyebabkan masalah pada ginjal jika kita meminumnya.
Ciri-ciri Air Sadah (Hard Water)
Air sadah sebenarnya dapat dikenali dari ciri kerak putih yang ditinggalkannya ketika kering terlebih ketika dipanaskan dalam panci hingga mendidih. Penggunaan air sadah untuk mencuci baju akan membuat sabun terasa tidak licin dan rasanya pakaiannya yang sudah dicuci terlihat kotor dan memiliki bercak putih.
Piring dan gelas mungkin saja terlihat bersih namun warnanya akan menjadi kusam setelah lama dicuci dengan air sadah.
Ketika kita mandi dengan air sadah, rasanya kulit seperti lengket dan rambut juga menjadi kusut susah disisir. Padahal kita sudah keramas dengan shampoo yang katanya bisa buat rambut menjadi lurus seperti habis rebonding hahaha.
Cara Pengujian Air Sadah
Sebelum berlanjut pengujian ke laboratorium, sebenarnya keberadaan air sadah sudah dapat dilihat secara kasat mata. Dengan mengamati beberapa hal berikut ini :
- Jika banyak bercak putih disekitar keran dan tetesannya
- Jika terdapat kerak pada panci tempat memasak air
- Jika ember ataupun bak penampungan air yang tidak dipakai lama kelamaan terdapat lapisan putih tipis diatasnya
Dari tiga hal tadi saja sebenarnya sudah dapat diketahui bahwa air tersebut termasuk air sadah. Namun yang jadi persoalan adalah kita tidak tahu persih berapa nilai kesadahan yang dibawa oleh air tersebut. Karena sejatinya air sadah juga sebenarnya masih dapat dikonsumsi (selain minum ya).
Pengujian Air Sadah Dengan Test Kit
Pengukuran air sadah, dapat dilakukan dengan menggunakan test kit yang dapat dibeli di toko aquarium. Namun test kit tersebut biasanya hanya untuk range rendah yakni 0-10 ppm. Untuk dapat mengakali hal tersebut saya sarankan sobat untuk mengencerkan sampel yang diperiksa terlebih dahulu dengan air yang tidak bermineral seperti air dari RO (Reverse Osmosis) atau air minum dengan merek Ami*** yang diproses dengan metode destilasi.
Setelah mengetahui berapa nilanya maka silahkan bandingkan dengan tabel berikut untuk mengetahui apakah air ini termasuk aman ataukah tidak.
Untuk pengujian dengan tingkat akurasi yang tinggi bisa dengan menggunakan analyzer onsite seperti dibawah ini.
Hardness analyzer Onsite yang kami jual bisa melakukan analisa tingkat hardness air dalam waktu yang sangat singkat serta akurat. Pemasangan dilakukan di jalur pemipaan sebelum masuk ke boiler atau ke use point lainnya. Metode analyzer adalah titrasi sesuai dengan SNI untuk analisa hardness yang berlaku di Indoensia.
Pengujian di Laboratorium
Sedangkan cara lainnya adalah dengan melakukan analisa ke laboratorium air sekitar, yang waktu analisanya bisa mencapai 7-14 hari kerja.
Lihat Juga : Cara Membersihkan Boiler
Untuk nilai hardness yang berada pada rentang dibawah 60 ppm sejatinya masih cukup aman untuk digunakan. Sedangkan untuk nilai hardness air yang berada diatas nilai 60 akan mulai meninggalkan noda baik pada kain, maupun kaca dan logam sehingga disarankan untuk dapat diturunkan terlebih dahulu nilai kesadahannya sebelum digunakan.
Namun untuk penggunaan dalam skala industri terlebih untuk produksi, nilai kesadahan yang ditargetkan biasanya memiliki rentang 0-5 ppm. Nilai 0 biasanya akan dibutuhkan pada High Pressure Boiler feed water.
Cara Menurunkan Nilai Hardness Bagaimana?
Oke tadi kita sudah membahas tentang cara menemukan keberadaan hardness ataupun kesadahan dan kita juga sudah membahas tentang tingkat bahayanya. Sekarang bagaimana cara untuk menurunkan nilai hardness atau kesadahan dalam air?
Cara untuk menurunkan nilai hardness dalam air ada banyak sekali caranya, namun akan saya coba bahas secara umum terlebih dahulu.
- Menambahkan Sodium Carbonate atau Boraks
Air yang mengandung hardness begitu bertemu dengan Soda Cuci atau Na2CO3 akan menjadi endapan putih yang tidak larut dalam air endapan tersebut ditimbulkan akibat adanya ikatan senyawa dari karbonat yang mengikat kalsium dan magnesium.
Cara ini terbilang mudah untuk dilaksanakan, khusunya pada skala rumah tangga. Namun untuk skala industri, saya tidak menyarankan menggunakan cara ini sebagai cara utama karena cara ini berpotensi menambah nilai TDS pada air Anda nantinya. Gunakan cara ini hanya jika Hardness yang sedang kita hadapi berada diatas nilai 60 ppm.
Lihat Juga : Cara Mengurangi Pemakaian Bahan Kimia Pada Water Treament
2. Menggunakan Water Softener
Cara kedua yang cukup populer adalah dengan filter softener untuk menyaring air Anda. Air yang keluar dari filter softener akan mengalami penurunan nilai hardness sebesar 80-90 persen. Hal ini dikarenakan dalam filter akan terdiri dari resin cation yang bekerja khusus untuk menyerap kalsium serta magnesium dalam air.
Untuk proses maintenance yang dibutuhkan adalah dengan melakukan regenerasi softener menggunakan garam kasar non iodium dalam beberapa rentang sekali.
Oiya, perhitungan kebutuhan resin untuk water softener akan berdasarkan debit air yang hendak diolah dan juga tingkat tingginya nilai hardness pada air tersebut. Dan saya rasanya pernah membahasnya pada postingan tentang cara menghitung kebutuhan jumlah resin (Klik aja deh kalau mau tau).
Penggunaan softener ini hanya disarankan untuk air dalam tingkat hardness slightly hard atau maksimal 60 ppm. Jika berada diatas itu sangat disarankan untuk menggunakan metode penambahan kimia diawal baru kemudian menggunakan softener.
Jikalau air yang memiliki hardness tinggi dipaksa menggunakan softener maka yang kejadian adalah resin tadi akan cepat jenuh. Dan kita tentu tidak mau sering mengganti resin karena resin kan harganya mahal hahaha.
Lihat Juga : Cara Menghitung Kebutuhan Resin Softener
3. Penggunaan RO
Reverse Osmosis system dikenal sebagai sistem yang mampu untuk menyaring dan mereject segala macam pengotor yang ada dalam air salah satunya ya tentu saja hardness ini. Penggunaan RO memang bisa membuat hardness air menjadi nol tapi tentu saja syarat masukan dari RO juga tidak selonggar syarat dari kedua jenis treatment diatas.
Untuk aman masuk ke dalam mesin RO maka maksimal hardness yang masuk sudah berada di bawah angka 10 ppm dan itu juga harus dicampur dengan anti scalant. Jikalau dipaksa pada posisi hardness diatas 10 ppm maka yang terjadi adalah membrane RO yang kita gunakan akan cepat mampet dan perlu diganti.
4. Menggunakan Anti Scalant
Kalau teknik yang satu ini sejatinya bukan bekerja menghilangkan hardness tapi cenderung ke melapisi si hardness agar tidak menempel pada membrane ataupun sistem. Kalsium dan Magnesium akan dirubah menjadi senyawa kompleks yang tidak bereaksi dengan logam. Sehingga kemungkinan terjadinya masalah akan berkurang.
Tapi cara ini tidak disarankan lho ya bagi yang nilai hardnessnya diatas 20 ppm.
Urutan Penggunaan Teknik Penurunan Hardness ini bagaimana dong?
Urutannya adalah melihat dari kadar hardnessnya terlebih dahulu. Jika tinggi kita mulai treatment dengan penambahan kimia, jika tidak terlalu tinggi bisa dengan filter softener dan terus hingga kebawah.
Namun pemilihannya juga disesuaikan dengan target yang dibutuhkan. Jika hanya sekedar butuh air untuk mandi, maka mungkin penggunaan teknik penambahan kimia sudah cukup. Jika untuk makan, maka airnya harus berada di angka under 40 ppm hardnessnya dan ini bisa tercapai dengan metode softener. Namun jika ingin hardness nol, karena dibutuhkan untuk feedwater boiler maka kita menggunakan sistem Reverse Osmosis.
Oke ya sobat jadi begtu tentang cara-cara menurunkan nilai hardness pada air, dan untuk sobat yang sedang mencari Analyzer Hardness Onsite Online silahkan hubungi kami. Karena harga dikami sangaaat murah sekali dengan kualitas terjamin.. hehehe